teddibelajarbersyukur
Belajar, Bersyukur, Bekerja
 
Wednesday, January 31, 2007
Learn To Be Trusted
Seorang guru baru saja kutemukan. Stephen M. R. Covey namanya. Pernah dengar? Tidak heran, sebab namanya mirip dengan penulis buku laris The 7 Habits, Stephen R. Covey. Bagi yang pernah membaca buku legendaris itu tentu tidak asing dengan kisah green and clean yang dikisahkan Mbah Covey untuk menjelaskan tentang strategi melakukan empowerment yang efektif. Nah, si Stephen M. R. Covey inilah anak yang menjadi tokoh dalam kisah tersebut. Dalam buku The Speed of Trust yang baru saja kubaca itu, Stephen Jr. ini menjelaskan makna kisah green and clean dari sudut pandangnya sebagai anak kecil. Ia tidak paham apa itu delegasi tugas, yang ia tahu adalah bahwa ia diberi kepercayaan oleh ayahnya. Perasaan dipercaya inilah yang mengantarnya menjadi pribadi yang dapat dipercaya sepanjang hidupnya.

Satu pelajaran dalam buku itu yang menggelitik pikiranku adalah kisahnya tentang beberapa bulan menangani sebuah proyek yang menantang sehingga membuatnya harus tidur sampai pukul 2-3 dini hari. Karena tetap ingin bangun pagi untuk melakukan olahraga, ia mengeset alarm lebih awal dari jam ia seharusnya bangun untuk kembali beraktivitas. Apa yang terjadi? ia hanya bangun untuk kemudian kembali mematikan alarm tersebut dan kembali tidur. Pengalaman ini memberinya pelajaran penting: jangan sekali-kali memungkiri apa yang kamu tahu tidak dapat kamu laksanakan. Ia tahu betul bahwa kondisinya memang tidak memungkinkan untuk bangun dan berolahraga, namun ia bersikap seolah-olah ia pasti dapat melakukan hal ini.

Aku pun teringat pernah ada masanya aku juga mengeset jam tangan dan jam dinding di rumahku lebih awal dari waktu yang sebenarnya, terpengaruh oleh saran beberapa orang agar aku tidak terlambat untuk beraktivitas. Yang terjadi kemudian persis sama dengan yang dialami oleh Stephen, tidak pernah sekalipun aku berangkat tepat pada waktunya (baca: sesuai waktu yang tertera pada jam tanganku). Aku malah makin rajin datang terlambat karena salah memperhitungkan berapa menit jamku kupercepat.

Namun demikian, efek dari perilaku model begini ternyata tidak hanya sampai disini. Stephen memberikan 2 pencerahan mengenai hal ini. Pertama, diri kita sejatinya selalu berintensi untuk jujur terhadap segala hal. Secerdik apapun otak kita memprogram perilaku yang tampak, pasti akan ada titik yang memungkinkan diri kita yang asli untuk menunjukkan kesejatiannya. Kalaupun dipaksakan, maka akan terjadi ketidaksesuaian yang parah dan berujung pada jiwa yang sakit. Kedua, ketidaksesuaian yang tercipta dari perilaku demikian akan menurunkan tingkat kepercayaan kita terhadap diri kita sendiri. Perlahan-lahan, keberanian kita untuk melakukan sesuatu akan menurun drastis. Keyakinan diri berkurang, begitu pula keyakinan kita terhadap orang lain. Nah, jangan tanya keyakinan orang lain terhadap kita kalau sudah begini.

Bagi Stephen, menjadi pemimpin (bagi diri kita sendiri sekalipun) adalah masalah membangun kepercayaan. Dan itu berarti mengambil tindakan sekarang untuk memenuhi janji kita terhadap diri kita sendiri.

Hmm...mau membetulkan jam kita sekarang?



Read more!
posted by Rumah Kiyut 8:54 AM   3 comments
 
3 Comments:
  • At 3:17 PM, Blogger Diana Indah said…

    wah, kalo aku lebih cocok mempercepat jam,tuh...
    Dan memang berusaha untuk hadir lebih awal di setiap acara, termasuk perjalanan ke kantor. Itung2 mengantisipasi macet khan :)

     
  • At 10:46 AM, Anonymous Anonymous said…

    Bush goes ballistic about other countries being evil and dangerous, because they have weapons of mass destruction. But, he insists on building up even a more deadly supply of nuclear arms right here in the US. What do you think? Is killing thousands of innocent civilians okay when you are doing a little government makeover?
    Are we safer today than we were before?
    The more people that the government puts in jails, the safer we are told to think we are. The real terrorists are wherever they are, but they aren't living in a country with bars on the windows. We are.

     
  • At 4:45 PM, Blogger Unknown said…

    Alangkah bagusnya bila mas teddi daftarkan postingan ini di
    http://muhshodiq.wordpress.com/2007/02/28/pendaftaran-%e2%80%9ctop-posts%e2%80%9d-jan-feb-2007/
    pada kategori Valuable dan kategori lain yang relevan.

     
Post a Comment
<< HOME

Tuesday, January 30, 2007
Setengah dan Setengah
Tiga minggu menjalani 'hidup baru'-ku setiap detik serasa menghadirkan beragam pencerahan dalam hati. Beberapa kebiasaan tentu berubah, mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi, selimut penutup keaslian masing-masing diri terbuka tanpa mampu ditutup lagi. Seperti pernah kuutarakan, menikah memang adalah anugerah kebebasan dari Tuhan yang luar biasa, tempat 2 orang saling menumpahkan segenap kemurniannya. Hmm...tidak selalu demikian memang. Pernikahan yang disebabkan oleh perjodohan yang dipaksakan atau nafsu tanpa pertimbangan logika dan didasari cinta yang tulus adalah contoh yang amat mungkin menelurkan hasil sebaliknya.

Sedikit demi sedikit, beberapa bagian dari diriku terasa bertumbuh. Di tengah kekuranganku dalam hal pengambilan keputusan, aku belajar untuk lebih decisive, karena akulah kepala keluarganya sekarang. Kewajiban untuk shalat berjamaah dan menjadi imam adalah pelatihan yang luar biasa untuk mengasah jiwa kepemimpinanku. Tidak lagi aku bisa mempelajari suatu ilmu tanpa membaginya kepada istriku, sebab demikianlah layaknya seorang pemimpin mendidik pengikutnya. Tidak lagi aku bisa menggunakan penghasilan semauku, karena ini bukanlah milikku seorang lagi sekarang. Belum lagi keseimbangan yang harus kujaga dengan ibuku yang sedikit banyak pastilah memiliki rasa cemburu dengan kebersamaanku bersama orang lain.

Sejenak kemudian, aku pun teringat pada ajaran Rasulullah: menikah berarti meraih setengah agama. Tidak pernah aku mendapat pencerahan akan ajaran ini sebelumnya. Ya. Inilah sisi lain dari mata uang menikah adalah meraih kebebasan. Tidak saja kita bebas menentukan apapun jalan yang akan kita tempuh dalam mengarungi bahtera pernikahan itu, melainkan juga hasil akhir sudah mulai terlihat: gunakan kebebasan dengan semestinya, dan setengah agama sudah di tanganmu. Jadilah pemimpin, bimbinglah pengikutmu, curahkanlah setengah hidupnya untuknya, jadikanlah mereka bagian kehidupan yang berarti bagi banyak orang.

Dimana yang setengah lagi? Jawabnya terletak pada ajaran lain: jika seseorang mati, hanya ada tiga hal yang bermanfaat baginya di akhirat; anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat, dan amal yang pernah diberikannya. Sebuah ajaran yang juga sudah ditemukan oleh ilmu pengetahuan saat ini: kualitas kepemimpinan seseorang hanya bisa dilihat setelah orang itu meninggalkan pengikutnya. Bukanlah seorang pemimpin yang sukses jika pengikutnya terus bergantung pada kemampuannya dan tidak pernah mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri.

Read more!
posted by Rumah Kiyut 9:20 AM   2 comments
 
2 Comments:
  • At 9:45 AM, Blogger Diana Indah said…

    selamat ya Ted, semoga cita2 utuk mengejar 100% ibadah dapat tercapai

     
  • At 11:45 PM, Blogger mukuge said…

    selamat ya, welcome to the marriage club ^^ (kayak gw udah aja hehe)

     
Post a Comment
<< HOME

myprofile
Name: Rumah Kiyut
Home:
About Me:
See my complete profile


previouspost
Pindah Blog
Banjir: Bersedih atau Bersyukur?
Learn To Be Trusted
Setengah dan Setengah
Pernikahan Menuju Kebebasan
Bangsa Survival dan Bangsa Inovator
Bakso Bang Eric
Pemimpin Indonesia
Level Cinta
Hari Kemenangan?


myarchives
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
June 2007


mylinks
Ant'Z
Rumah Kiyut
Priyadi's
Wimar Witoelar's
Taleo's
The Practice of Leadership
HBS Working Knowledge
McKinsey Quarterly
sepatumerah
Negeri Senja
E-Books
Devi's
Marsha's
Celebrating Life
Iyo's
afsyuhud's
TemplatePanic


bloginfo
This blog is powered by Blogger and optimized for Firefox.
Blog designed by TemplatePanic.