teddibelajarbersyukur
Belajar, Bersyukur, Bekerja
 
Monday, October 02, 2006
Mencari Kejernihan
Seorang sahabat pernah berucap, "Ketika salah satu indera tidak lagi mampu difungsikan, justru kepekaan menjadi meningkat, mampu merasakan hal-hal yang tidak terlihat." Sebuah pernyataan yang hebat dan tidak dapat kusangsikan kebenarannya, sebab sahabatku ini memang orang yang luar biasa. Kuasa Tuhan telah mencabut kepekaan penglihatannya. Ia pun tidak lagi melihat dengan matanya, karena Tuhan telah menggantinya dengan kepekaan nurani. Terbukti, sahabat yang kukenal sebagai seorang yang smart dan bersemangat tinggi itu kini memiliki sesuatu yang berbeda: gairah untuk hidup yang mengagumkan. Sebuah penyakit menakutkan--jika memang ingin dianggap demikian--yang bersarang di kepalanya rupanya menyediakan medan perjuangan yang luas. Ia pun menjalani hidup dengan penuh senyuman dan ekspresi yang tidak pernah kulihat dulu. Dijalaninya keseharian dengan semangat belajar tinggi, diselingi beberapa rekan yang datang silih berganti menjadikannya tempat berbagi. Ya, banyak orang begitu mudah mencurahkan isi hati kepadanya sebab telinga dan hatinya memang menjadi lebih peka sekarang.

Sahabatku yang satu ini selayaknya lebih pantas kusebut sebagai guruku. Mengingatnya semalam mengantarkanku pada puasa yang sedang kujalani. Mengapa ditutupnya mata membuat seseorang lebih bisa melihat ke 'dalam'? "Penglihatan mata hanyalah penglihatan semu dan artifisial," ujar sebuah suara dari dalam. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan mata dengan sebuah penutup, sebab ia memang alat pencari bukti yang sekunder. Tidak seperti telinga yang memang diciptakan demikian terbuka. Mata yang digunakan terlalu banyak menjadikan pemahaman kita cenderung dangkal sebab terlalu banyak bukti yang terlihat justru menyesatkan. Ditutuplah ia dan jernihlah maknanya.

Mirip dengan mata, begitu pulalah yang terjadi pada perut. Mengendalikan kemauan perut untuk diisi sejatinya adalah metode untuk mengajarkan manusia esensi dari hidup yang dijalaninya. Sudah jamak kita tahu bahwa beragam kerja dilakukan manusia, mulai dari yang halal sampai yang haram, tidak lain hanyalah untuk memenuhi kebutuhan seputar perut. Bergurulah pada Tuhan tentang puasa, dan kebutuhan sekitar perut ini akan dipaksa untuk dihentikan. Ketika itulah makna yang sebenarnya akan bermunculan dengan sendirinya.

"Keheningan," ujar seorang bijak, "datang untuk membukakan kita pintu kejernihan." Barangkali inilah sebabnya banyak orang mencapai kematang melalui keheningan. Shalat tahajud, meditasi, dan beragam metode perenungan lain umumnya dilakukan pada waktu malam sehingga tampaklah hakikatnya. Demikianlah pula puasa menciptakan keheningan pada perut kita. Dengannya kita dimungkinkan untuk menggapai kejernihan yang dijanjikan: takwa.
posted by Rumah Kiyut 7:47 AM  
 
0 Comments:
Post a Comment
<< HOME

myprofile
Name: Rumah Kiyut
Home:
About Me:
See my complete profile


previouspost
Bergerak dan Diam
Aku Rindu
Belajar Memberi
Ramadhan dan Harga Naik
Puasa dan Keberlangsungan Hidup
Mengikis Nurani
Senyum dan Jalan Raya
Sepatu Merah dan Red Shoes
Ketakutan dan Keberanian
Pengalaman Pertama


myarchives
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
June 2007


mylinks
Ant'Z
Rumah Kiyut
Priyadi's
Wimar Witoelar's
Taleo's
The Practice of Leadership
HBS Working Knowledge
McKinsey Quarterly
sepatumerah
Negeri Senja
E-Books
Devi's
Marsha's
Celebrating Life
Iyo's
afsyuhud's
TemplatePanic


bloginfo
This blog is powered by Blogger and optimized for Firefox.
Blog designed by TemplatePanic.